Berikut akan saya jelaskan apa yang akan anda hadapi setelah anda meninggal dunia , menurut Islam Kejawen , Islam Kejawen banyak dipengaruhi oleh Syekh Malayakusuma atau lebih akrab disebut Sunan Kalijaga , Raden Mas Jatmika atau lebih akrab disebut Sultan Agung Prabu Anyakrakusuma Mataram dan Ki Ageng Muhammad Sirulah atau lebih akrab disebut Raden Ngabehi Ranggawarsita (Ronggowarsito)
Mereka adalah tokoh-tokoh yang akrab di telinga kita apabila membahas tentang perkembangan islam di Pulau Jawa , penulis membabar/memaparkan tokoh-tokoh tersebut apabila ada yang ingin mengetahui sanad keilmuan ini. Sebagai referensi anda juga dapat mencari kitab tentang Islam Kejawen "Induk Ilmu Kejawen Wirid Hidayat Jati" Karya Damar Shashangka , Beliau juga menulis buku tentang Sabda Palon , Darmagandhul , Gatholoco , dan lain lain
Singkatnya , ketika anda meninggal dunia , anda akan melintasi 4 alam yaitu
1. Alam Ruhiyyah
Yaitu Alam Ruh tetapi bukan Alam Ruh sesungguhnya melainkan Alam dari Roh Idlafi. Tampak terang tetapi bukan terangnya siang hari. Tanpa arah timur, selatan, barat, utara, tengah, bawah, dan atas. Di sana terhampar samudera tanpa tepi. Samudera tersebut sesungguhnya adalah keberadaan dari hati, dan terang disana sebenarnya adalah cahaya dari otak kita. Di tengah samudera terlihat Dzurriyyah , yang berarti mutiara yang berasal dari gerakan lima macam , bentuknya mirip cahaya berpendar-pendar yang beridiri tegak. Sesungguhnya perwujudan itu adalah keberadaan Jantung, ditambah cahaya Johar Awal yang menyinari Manik. Cahaya tadi lantas mewujud sebagai manusia, disebut Mukasipat/Mukasifat (wajah dari segala sifat manusia) memiliki kuasa menuntun segala sifat manusia
Pada kondisi seperti ini, jangan sampai terlena kepada rupa yang sejati, yaitu rupa kita sendiri, yang disebut Alif Mutakaliman Wahid (Alif Yang Maha Bersabda dan Esa). Mantapkan tekad, sebab bayangan Roh Idlafi sudah mulai terlihat dalam Pramana (Inti Kesadaran), bayangan yang tak lain adalah Roh Idlafi kita sendiri. Setelah semuanya terlihat, lantas lenyap sempurna menjadi satu keadaan dengan kita dan mulailah kita menapaki Alam Sirriyyah
2. Alam Sirriyyah
Setelah Alam Ruhiyyah sirna, kemudian terlihat Alam Sirriyyah, yaitu Alam Rahasia. Keadaannya sangat terang melebihi terangnya Alam Ruhiyyah. Disana akan muncul empat macam cahaya: hitam, merah, kuning, dan putih. Cahaya tersebut sebenarnya adalah keberadaan Nafsu empat macam. Semuanya merupakan penghalang untuk mencapai Kesejatian. Cahaya-cahaya tersebut datang bergiliran satu demi satu sebagai berikut :
1. Yang terlihat pertama kali adalah cahaya hitam. Cahaya ini adalah keberadaan dari Nafsu Luwamah. Ketika kita masih hidup di dunia, hawanya menimbulkan rasa lapar,haus,kantuk dll. Diibaratkan bertempat pada perut dan berpintu pada mulut. Dalam cahaya hitam itu terlihat segala jenis binatang darat. Semuanya menggoda kita, mengaku sebagai Tuhan. Perbawa kedatangannya: alam mendadak bergetar hebat bagai ada gempa bumi. Jangan sampai ikut cahaya hitam ini, karena Anda bisa jadi akan terlahir kembali menjadi hewan darat
2. Tak lama setelah cahaya hitam sirna, kemudian muncul cahaya merah. Cahaya ini adalah keadaan Nafsu Amarah. Ketika kita masih hidup di dunia, hawanya menimbulkan angkara, ketersinggungan, kemarahan, dan sejenisnya. Diibaratkan bertempat di empedudan berpintu di telinga. Dalam cahaya merah tersebut terlihat segala jenis makhluk halus brekasakan. Semuanya menggoda kita, mengaku sebagai Tuhan. Perbawa kedatangannya: api yang berkobar-kobar memenuhi seluruh alam. Jangan sampai ikut cahaya merah ini, karena Anda bisa jadi akan terlahir kembali menjadi makhluk halus
3. Tak lama setelah cahaya merah sirna, kemudian muncul cahaya kuning. Cahaya ini adalah keadaan Nafsu Sufiyah. Ketika kita masih hidup di dunia, hawanya menimbulkan keinginan, kesenangan, dan sejenisnya. Diibaratkan bertempat pada limpa dan berpintu pada mata. Dalam cahaya kuning tersebut terlihat segala jenis hewan yang hidup diudara. Semuanya menggoda kita, mengaku sebagai Tuhan. Perbawa kedatangannya: angin prahara yang memenuhi seluruh alam. Jangan sampai ikut cahaya kuning ini, karena Anda bisa jadi akan terlahir kembali menjadi hewan yang hidup di udara
4. Tak lama setelah cahaya kuning sirna, kemudian mencul cahaya putih. Cahaya ini adalah keadaan Nafsu Mutmainah. Ketika kita masih hidup di dunia, hawanya menyebabkan kesabaran, ketenangan, dan sejenisnya. Diibaratkan bertempat pada tulang dan berpintu pada hidung. Dalam cahaya putih tersebut terlihat segala jenis hewan yang hidup di air. Semuanya menggoda kita mengaku sebagi Tuhan. Perbawa kedatangannya: air besar bening yang datang tanpa diketahui asalnya. Jangan sampai ikut cahaya putih ini, karena Anda bisa jadi akan terlahir kembali menjadi hewan yang hidup di air
Mungkin ada yang bertanya tanya , apa benar ada Nafsu semacam ini? apa ada Surat atau Hadistnya?
Simak bagan berikut
Sikap-Sikap Tubuh yang kalau disimak lagi mirip dengan keadaan huruf Arab, contohnya :
1. Amarah = Alif = Tubuh Yang Berdiri,
2. Lawamah/Aluwamah= Lam = Tubuh Yang Ruku,
3. Sufiyah/Supiyah = Mim = Tubuh Yang Sujud,
4. Muthmainah = Dal = Tubuh Yang Duduk/Diam.
Seluruh cahaya itu lenyap sempurna menjadi satu keadaan dengan kita dan mulailah kita menapaki Alam Nurriyyah
3. Alam Nurriyyah
Setelah Alam Sirriyyah sirna, kemudian terlihat Alam Nurriyyah, yaitu Alam Cahaya. Keadaannya sangat terang melebihi terangnya Alam Sirriyyah. Disana akan muncul beraneka cahaya: hitam, merah, kuning, putih, hijau. Cahaya-cahaya itu tergelar bersama dengan keraton yang begitu indah menakjubkan. Sesungguhnya yang terlihat itu adalah (Inti Kesadaran). Alam pancaindra disebut Alam Hidayat, yang berarti Alam Petunjuk, karena ia menunjukkan tempat tergelarnya keraton, tetapi bukan keraton yang sejati, melainkan keraton-keraton makhluk penasaran sebagai berikut :
1. Keraton berwarna hitam adalah keraton binatang yang hidup di darat.
2. Keraton berwarna merah adalah keraton makhluk halus
3. Keraton berwarna kuning adalah keraton binatang yang hidup di udara
4. Keraton berwarna putih adalah keraton binatang yang hidup di laut
5. Keraton berwarna hijau adalah keraton tumbuhan.
Pada saat itu terdengar suara tangis bayi ketika baru lahir ke dunia, yang lantas memberikan petunjuk kepada keraton yang agung dan maha mulia. JANGAN sampai percaya, sebab bisa jadi itu keraton penasaran yang lain. Selanjutnya, semua yang terlihat lenyap sempurna menjadi satu keadaan dengan kita dan masih tetap berada pada Alam Nurriyyah
Lantas terlihat cahaya bening. Dalam cahaya itu ada satu nyala sebesar lidi yang beridiri tegak, memiliki sorot delapan warna: Hitam, Merah, Kuning, Putih, Hijau, Biru, Ungu, Merah Muda. Tergelar secara bersamaan dan terlihat surga pada masing-masing warna, surga yang begitu indah-nya. Sesungguhnya itu adalah keberadaan Pramana (Inti Kesadaran) ditambah dengan keberadaan Suksma. Alam Pramana ini disebut dengan Alam Ngiskat (Alam Isyq: Alam Cinta) yang berarti Alam Birahi. Tempat tersebut tempat yang menimbulkan cinta kepada segala surga yang tergelar. Akan tetapi mereka surga yang sejati, melainkan kahyangan para jin. Uraiannya sebagai berikut :
1. Yang terlihat sebagai surga berwarna hitam bagaikan mustika bumi, terbuat dari batin yang nistha (nista). Jika kita terpikat pada surga ini, maka kita bisa terlahir kembali menjadi jin hitam.
2. Yang terlihat sebagai surga berwarna merah berpijar bagaikan mutiara api, terbuat dari batin yang dustha (dusta). Jika kita terpikat pada surga ini, maka kita bisa terlahir kembali menjadi jin merah.
3. Yang terlihat sebagai surga berwarna kuning bersinar bagaikan intan yang berpijiar, terbuat dari batin yang dora (ingkar). Jika kita terpikat pada surga ini, maka kita bisa terlahir kembali menjadi jin kuning.
4. Yang terlihat sebagai surga berwarna putih berpendar indah bagaikan manik-manik, terbuat dari batin yang setya (setia). Jika kita terpikat pada surga ini, maka kita bisa terlahir kembali menjadi jin putih.
5. Yang terlihat sebagai surga berwarna hijau memancar bagaikan mutiara hijau, terbuat dari batin yang santosa (teguh). Jika kita terpikat pada surga ini, maka kita bisa terlahir kembali menjadi jin hijau.
6. Yang terlihat sebagai surga berwarna biru bergulung-gulung bagaikan mutiara biru, terbuat dari batin yang sambawa (mampu). Jika kita terpikat pada surga ini, maka kita bisa terlahir kembali menjadi jin biru.
7. Yang terlihat surga berwarna ungu pekat bagaikan mutiara ungu, terbuat dari batin yang sambada (bertanggung jawab). Jika kita terpikat pada surga ini, maka kita bisa terlahir kembali menjadi jin ungu
8. Yang terlihat sebagai surga berwarna merah muda memancar bagaikan mirah delima, terbuat dari batin yang ewah gingsir (tidak tetap). Jika kita terpikat pada surga ini, maka kita bisa terlahir kembali menjadi jin merah muda
Pada Saat itu tercium bau yang begitu harum dan menarik-narik hati dari masing masing surga tersebut. Jangan sampai terpikat. Jika terpikat, kita pasti akan masuk ke dalam salah satu surga penasaran tadi. Setelah semuanya terlihat, seluruh pemandangan lenyap sempurna menjadi satu keadaan dengan kita dan kita mulai menapaki Alam Uluhiyyah
4. Alam Uluhiyyah
Setelah Alam Nurriyyah sirna, kemudian terlihat Alam Uluhiyyah, yaitu Alam Cahaya Ilahi. Terangnya melebihi terangnya Alam Nurriyyah. Di sana terlihat cahaya yang memancar. Dalam cahaya tersebut terdapat perwujudan tawon/lebah gumana (berasal dari kata dasar gana yang artinya awan. Gumana berarti "berbentuk awan") berada pada Maqam Fana (kedudukan yang lebur). Perwujudan itu adalah warna dari Suksma yang memberikan warna kepada segala warna, meliputi Alam Sihir dan Alam Kabir berikut seluruh isinya. Namun warna dari Suksma itu dihidupi oleh inti kesadaran Rahsa. Pada saat itu datang malaikat berwujud ayah, kakek, dan seluruh leluhur lelaki yang mengaku utusan Dzat Yang Mahasuci dan menawari kita untuk berjalan bersama menuju kehadapan Tuhan. Jangan sampai percaya pada mereka, sebab mereka sebab segala perwujudan itu adalah Apengal Suksma kita sendiri.
Setelah semuanya terlihat, seluruh pemandangan lenyap sempurna menjadi satu keadaan dengan kita dan kita masih tetap di Alam Uluhiyyah. Terang semakin bertambah lalu terlihat cahaya yang sangat menyilaukan. Dalam cahaya itu ada perwujudan boneka gading berhias mutiara. Bukan lelaki maupun perempuan , bukan wandu maupun maqam baqa (kedudukan yang kekal). Perwujudan itu sesungguhnya adalah inti kesadaran Rahsa. yang memiliki kuasa dan wewenang pada seluruh alam. Namun inti kesadaran Rahsa ini dihidupi oleh Dzat Atma. Pada saat itu datang bidadari berwujud ibu , nenek , dan seluruh leluhur wanita yang mengaku utusan Dzat yang Maha Suci dan menawari kita untuk berjalan bersama menuju hadapan Tuhan. Jangan sampai percaya , sebab segala perwujudan itu adalah Apengal Rahsa kia sendiri.
Setelah semuanya terlihat , seluruh pemandangan lenyap sempurna menjadi satu keadaan dengan kita dan kita masih tetap di Alam Uluhiyyah. Lalu terang semakin bertambah tanpa dapat dikatakan. Pada saat itu tidak terlihat apapun. Hanya ada cahaya gilang-gemilang tanpa bayangan. itu adalah cahaya Atma Sejati yang diliputi cahaya Dzat yang Maha Esa Nora jaman , Nora makam , Nora arah , Nora enggon , Nora kantha , Nora rupa , tanpa ganda , tanpa rasa , tanpa swara. Ada sebagaimana di kala Kadim Ajali Abadi. Atma kita serupa dengan Yang Maha Mulia , Yang Maha Kuasa disebut Hayyatun bila ruhin atau Hidup tanpa ruh dan menjadi Tajalli Allah SWT. Tuhan yang Mahasuci Sejati , Yang Agung Dzat-Nya , Yang Sempurna Af'al-Nya berada pada hidup kita sendiri. Kondisi saat itu bisa dikatakan seperti terhunusnya keris dalam warangka , terlihat dalam batin seperti gebyar kilat yang keluar dari badan kita sendiri dan peleburan pun terjadi. Hidup didalam cahaya yang gilang-gemilang tanpa bayangan berpulang kepada Dzat Mutlaq Qadim Azali Abadi , yang penuh nikmat , penuh manfaat , penuh rahmat tanpa terkira.
Melihat tanpa mata , mendengar tanpa telinga , mencium tanpa hidung , berbicara tanpa mulut , tidak tersamar terhadap apa pun , baik yang nyata maupun yang ghaib , ingat sepenuhnya akan awal , pertengahan dan akhir hanya kuasa sepenuhnya tanpa membutuhkan apapun.
Pada akhirnya semua berpulang kepada Anda , karena penulis hanya sekedar menghimpun wejangan-wejangan dari banyak guru. Kalaupun ada kekurangan tidaklah banyak , konon terlihat berbagai penglihatan yang menjadi penghalang menuju kepada Kesejatian dan ketahuilah sesungguhnya yang dijabarkan dalam tingkatan Sakaratul maut adalah petunjuk bagi mukmin 'am (mukmin awam) saja , agar mereka tahu apa yang akan terjadi saat kematian. Sebaik-baik melakukan sesuatu tanpa petunjuk, lebih baik lagi apabila melakukan sesuatu dengan petunjuk. Bagaikan orang desa yang hendak menghadap raja. Ada yang memberikan petunjuk jalan untuk masuk kedalam kedhaton. Mulai dari Pamurakan , Geladhag , Alun-Alun , Waringin Kurung. Jika hendak melewati Siti-hinggil harus melewati Pagelaran terlebih dahulu , kemudian memasuki Kori Brajanala , Kori Pamandhungan , Kori Sri Panganti , lalu di pelataran Puri. Dari situ jika memang kita beruntung , kita bisa menghadap Raja. Semua tempat yang telah dilalui tadi pasti akan memperlihatkan segala isinya dan memiliki larangannya sendiri-sendiri.
Berbeda jika kita memiliki kedekatan dengan Raja. Jika hendak menghadap raja tanpa harus diantar , kita akan mampu berjalan sendiri untuk menghadap raja , seperti pada zaman Karamatullah , seorang Mukmin kas (mukmin khos atau khusus , misalnya Waliyullah) pasti bisa mengarahkan batinnya langsung menghadap kepada Dzat. Tanpa perlu melihat apapun , langsung menuju Alam Uluhiyyah , menyatu dengan Tuhan Yang Maha Suci didalam cahaya yang gilang-gemilang tanpa bayangan yang tak lain adalah cahaya kita sendiri.
Seperti itulah yang dalam riwayat di masa lalu , Ketika itu Imam Ruhaniyyah Jafar Sidiq di tanah Arab mengalami mati selama sehari lalu hidup lagi. Beliau menceritakan semua yang terlihat dengan jelas , mulai dari alam ruhiyyah hingga alam uluhiyyah hingga datangnya para bidadari. Beliau diingatkan bahwa perjalanan beliau masih belum selesai sebelum sampai pada cahaya gilang-gemilang tanpa bayangan. Akan tetapi belum saatnya bagi beliau masuk kesana. Akhirnya Imam Jafar Sidiq disuruh pulang ke alam dunia, itulah mengapa Imam Jafar Sidiq lantas diberi gelar Ruhaniyyah , yang berarti memiliki banyak ruh.
Di Tanah Jawa , Kanjeng Susuhunan ing Kalijaga juga pernah mengalami hal serupa. Dan beliau pun belum saatnya memasuki cahay gilang-gemilang tanpa bayangan. Akhirnya beliau menjadi Rijalulah Ghaib hingga sekarang. Ada wasiat beliau seperti ini , Jika ternyati keliru pilihan kita nanti, maka diamkanlah batin Anda, biasanya akan hilang segala goda rencana dan semoga bisa terus menuju Yang Sejati.
Sabtu, 22 April 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar