1. ASR versi Madura (ada 2 versi utara dan selatan)
2. ASR versi Cirebon
3. ASR versi Blora
4. ASR versi Aceh
5. ASR versi Baghdad
6. ASR versi Sunan Kalijaga
dan masih banyak lagi
Yang terjadi di masyarakat karena perbedaan versi ini menyebabkan perbedaan dalam sanad maupun kalimatnya , ada yang hanya 1 kalimat dan ada yang hingga 4-5 kalimat , dari 4-5 dibagi menjadi tingkat 1 , tingkat 2 , tingkat 3 dan seterusnya dalam pengijazahannya , jika sang murid ingin naik tingkat harus membayar mahar untuk naik ke tingkat selanjutnya yang sebenarnya malah jadi mengkomersialkan asmak ini.
Menanggapi hal yang terjadi di masyarakat tersebut , penulis menekankan bahwa ASR sebenarnya tidak ada tingkatannya , Asmak itu di jadikan 1 amalan yang memang ada yg terdiri dari 4 baris kalimat dari madura selatan, yg 5 baris dari cirebon dan bukan di pisah satu per satu sebagai tingkatan, jadi satu amalan memang terdiri dari beberapa baris kalimat. Bayangkan saja jika ada ijazahan surat al ikhlas: kalimat "qulhu allahu ahad" dibilang tingkat 1, "allahu shomad" tingkat 2 yang padahal semua ayatnya itu menjadi satu amalan
ASR adalah Asma' yang konon dari Nabiyullah Khidir salah satunya diturunkan di Madura makanya ada Istilah Rajeh (madura artinya besar) kemudian berkembang dan muncullah banyak versi yang sebenarnya bahasa Rajeh ya hanya ada di Madura , tidak ada di daerah lain
ASR memang madura punya. Sunan gunung jatipun saat mengijazahkan 5 ilmu kepada Sunan Kalijaga tidak mengatakan namanya seperti itu, beliau hanya mengatakan ini ilmu dari syeikh anu, ini ilmu yang diamalkan syeikh itu dst. Justru itu saya kurang sependapat dengan sebutan yang sudah telanjur salah kaprah seperti "ASR VERSI a" , "ASR VERSI b" dst
Pasal mengapa ada banyak jenis amalan "rajeh", karena setiap ada orang yang tirakat untuk berjumpa Nabi Khidir AS, akan diberikan ilmu yang sesuai kebutuhan, jaman, dan situasi kondisi orang tersebut. Dan beliau sendiri tidak menyebut istilah rajeh. Paling beliau akan mengatakan: "le iki ilmu kanggo nundukke jin", "ini saya kasih ilmu untuk merajai sungai", "ini ilmu utk mbubak alas", dst. Dan hampir semua wali dari Hadramaut dan Persia yang ditugaskan menyebar keliling dunia, biasanya sudah cari bekal dengan lelaku tirakat bertemu Nabi Khidir AS. Sehingga tak heran jaman walisongo dan Syekh Siti Jenar pun ilmu semacam itu sudah ada.
0 komentar:
Posting Komentar